Iklan dempo dalam berita

ISRAEL, POLITIK DAN OLAHRAGA

ISRAEL, POLITIK DAN OLAHRAGA

Zacky Antony, wartawan yang juga Ketua Dewan Kehormatan PWI Provinsi Bengkulu--

Ketua Umum PB NU, Yahya Cholil Staquf mengatakan tidak keberatan Israel bertanding sepakbola di Indonesia. Menurutnya, kedatangan Timnas Israel tidak merugikan posisi Palestina. “Kalau kita cuma menolak Israel, jangan datang! Habis itu tidur. Apa gunanya buat Palestina? Nggak ada gunanya juga,” kata Gus Yahya.

Di sisi lain, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menyatakan tegas menolak kedatangan Timnas Israel ke Indonesia. Anwar menyebut jika Indonesia mentolerir kedatangan Timnas Israel sama artinya menyalahi konstitusi. Sebab, konstitusi Indonesia sudah jelas menegaskan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.

BACA JUGA:Siap-siap, Ini Jadwal Kedatangan Musim Kemarau di Indonesia

Penolakan juga datang dari tokoh-tokoh partai, kepala daerah dan juga politisi antara lain dua politisi PDIP, Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) dan I Wayan Koster (Gubernur Bali), dan belakangan politisi PAN, Helmi Hasan (Walikota Bengkulu) juga menolak kedatangan Israel. Helmi Hasan dan Wayan Koster bahkan menulis surat resmi kepada Menpora untuk menegaskan sikap penolakannya. 

Politik dan Olahraga

Politik dan olahraga pada dasarnya adalah dua dunia yang berbeda. Tapi keduanya sama-sama bisa menjadi panggung untuk mengibarkan bendera Negara. Ya, bendera merah putih bisa berkibar di Negara lain saat kunjungan kenegaraan kepala Negara atau ketika atlet Indonesia meraih medali pada even-even olahraga seperti olimpiade atau Asian Games dan Sea Games. 

BACA JUGA:Perintah Pemerintah, Tanggal Segini Seluruh THR Harus sudah Dibayar

Dalam sejarahnya, politik dan olahraga sulit untuk dipisahkan. 

FIFA sendiri tidak berdaya memisahkan urusan politik dari olahraga sepakbola yang dinaunginya. Bukti terbaru adalah pencoretan Timnas Rusia dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2022 sebagai imbas perang dengan Ukraina. Klub-klub sepakbola Rusia juga dilarang bertanding di kancah kompetisi antar klub UEFA. 

BACA JUGA:Pelindo Buka Lowongan Pekerjaan, Berikut Area Penempatan dan Bidang Usahanya

Olahraga bisa menjadi sarana ekspresi politik suatu Negara. Apa yang diperlihatkan oleh Presiden Sukarno di atas adalah ekspresi wajah konstitusi Indonesia yang tegas menolak penjajahan.  

Bahkan, sejumlah diktator pernah menjadikan olahraga sebagai alat propaganda politik. Diktator Franco, misalnya, menjadikan Real Madrid sebagai alat legitimasi. Atau Mussolini di Italia yang menjadikan panggung Piala Dunia 1934 sebagai alat kampanye politik.

BACA JUGA:2 Guru MAN Ribut, Ternyata Sejak Lama Tak Harmonis

Sukarno bahkan lebih jauh lagi menjadikan olahraga sebagai sarana untuk mengubah tatanan dunia baru. Putra sang fajar menggagas apa yang disebut _Ganefo (Games New Emerging Forces)_ sebagai tandingan Olimpiade. Dan Indonesia menyatakan keluar dari IOC. 

Pembentukan Ganefo ini juga erat dengan masalah politik. Karena kelanjutan dari pembentukan _Nefo (New Emerging Forces)_ sebagai lawan dari _Oldefo (Old Emerging Forces)_.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: