Begini Asal Usul Suku Mentawai yang Tinggal Bersama dalam Satu Rumah Adat

Rabu 29-05-2024,17:16 WIB
Reporter : Putri Nurhidayati
Editor : Agus Faizar

Untuk itu, masyarakat Mentawai memiliki kepercayaan kuat pada benda-benda yang dianggap sakral. Karena itu, orang Mentawai kerap dijuluki orang Sabulungan.

Selanjutnya, masyarakat suku Mentawai juga tinggal bersama dalam rumah adat yang disebut Uma.

Rumah adat ini berdiri di atas tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan, dan pekerjaan dibagi di dalam satu uma. 

BACA JUGA:Mengenal Tari Turak Sebagai Budaya Suku Rawas, Senjata Mengusir Orang Jahat

Biasanya, uma dihuni oleh lima sampai tujuh keluarga dengan keturunan sama. Uma menjadi pusat kehidupan suku Mentawai.

Di dalam rumah adat itu, mereka akan menyelenggarakan pertemuan dan menyelenggarakan berbagai adat seperti pernikahan. 

Uma terbuat dari kayu kokoh yang berbentuk panggung. Bagian bawah rumah uma digunakan sebagai tempat memelihara hewan ternak, seperti babi. 

BACA JUGA:Cerita Asal Usul Suku Pekal Kabupaten Bengkulu Utara, Tradisi dan Budaya Dipengaruhi 2 Budaya

Selain uma sebagai bangunan utama, ada juga bangunan lain, yaitu lalep dan rusuk. Lalep sebagai tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. 

Bangunan ini biasanya terletak di dalam uma. Rusuk merupakan rumah pemondokan untuk anak-anak muda atau janda yang diusir dari kampung.

Rumah ini juga digunakan untuk orang-orang yang diasingkan karena melanggar adat. 

BACA JUGA:Mengulik Asal Usul Suku Kaur, Tidak Boleh Menikah Semerge

Tak hanya sebatas itu, suku Mantawai juga terkenal dengan tatonya. Tato suku Mentawai merupakan tato tertua di dunia.

Tato adalah wajib bagi Sikerei atau dukun suku Mentawai. Namun untuk masyarakat Mentawai, tato tidak wajib. 

Bagi suku yang masih tinggal di pedalaman, tato dianggap sebagai kesenian dan juga bentuk pakaian.

Suku Mentawai mengganggap tato sebagai identitas yang menggambarkan keseimbangan antara penghuni hutan dan alamnya. 

Kategori :