Iklan dempo dalam berita

Intip Lokasi Harta Karun Batu Bara Ratusan Juta Ton di Sumbar, Pernah Dikeruk Oleh Belanda

Intip Lokasi Harta Karun Batu Bara Ratusan Juta Ton di Sumbar, Pernah Dikeruk Oleh Belanda

Intip Lokasi Harta Karun Batu Bara Ratusan Juta Ton di Sumbar, Pernah Dikeruk Oleh Belanda--Foto: ist

Atas persetujuan pemerintah Belanda, ia mulai melakukan penambangan batu bara. Sejak itu, kota yang terpencil itu menjadi ramai.

Setelah masyarakat setempat "menyerahkan" daerah ini kepada Belanda, maka pada tahun 1876, dirintislah pertambangan batu bara di daerah ini.

Penambangan emas hitam di Sawahlunto mulai beroperasi pada tahun 1891. 

Nilai investasi yang ditanamkan Kerajaan Belanda ketika itu sangat besar, 20 juta Gulden atau setara dengan Rp150 miliar.

Jalur kereta api dibangun sepanjang 100 kilometer menghubungkan Sawahlunto dengan Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang. Lokomotif terbaru pun didatangkan dari Jerman.

Mak Itam namanya. 

Batu bara membuat Sawahlunto menjadi magnet bagi kaum pendatang di awal abad 20.

Kebutuhan akan pangan meledak. Memaksa Belanda membangun pusat pengolahan makanan yang kini menjadi Museum Gudang Ransum.

Di sinilah pemenuhan pangan seluruh para pekerja tambang dan warga masyarakat, termasuk untuk orang Belanda.

BACA JUGA:Tak Habis-habis! Segini Potensi Harta Karun Tambang di Kalimantan Barat

Setelah Indonesia merdeka, pertambangan itu dikelola oleh negara melalui perusahaan yang didirikannya, yakni PT Tambang Batu Bara Ombilin (TBO). TBO kemudian dilikuidasi menjadi anak dari PTBA yang berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.Hingga kini, Kekayaan batu bara di perut bumi Sawahlunto ini terekam jelas di sebuah lubang tambang batu bara yang dinamakan Lubang Mbah Suro.

Lubang ini merekam perih laranya para kaum pekerja paksa. Kaum tahanan pemerintahan Hindia Belanda yang didatangkan dari Pulau Jawa dan daerah lain yang disebut orang rantai.

Pada tahun 1932, lubang ini ditutup oleh belanda. Pada 2007, lubang yang berada di Tangsi Baru Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar ini pun dibuka kembali oleh pemerintah daerah setelah melalui beberapa kali pemugaran untuk keperluan pariwisata.

Saluran air dan udara ditambahkan agar pengunjung dapat memasukinya dengan nyaman.

Meski PTBA UPO kini tidak beroperasi lagi, karena harga acuan batubara kini tak sebanding dengan ongkos produksi jenis tambang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: