Iklan dempo dalam berita

Profil Mbah Benu, Pemimpin Jamaah Aolia yang Viral karena Mengaku Telepon Allah, Sempah Kuliah Kedokteran

Profil Mbah Benu, Pemimpin Jamaah Aolia yang Viral karena Mengaku Telepon Allah, Sempah Kuliah Kedokteran

Profil Mbah Benu pimpinan Jamaah Aolia yang pernah kuliah kedokteran--

Ia kemudian menetap di Giriharjo, Kecamatan Panggang, sejak tanggal 27 Juli 1972. Mbah Benu memulai pembelajaran Islamnya langsung dari sang ayah, yang juga merupakan lulusan dari berbagai pesantren di Jawa dan Madura.

2. Drop Out dari Fakultas Kedokteran UGM

Meskipun menjadi sosok kontroversial, Mbah Benu memiliki latar belakang pendidikan yang menarik. Ia pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam Fakultas Kedokteran.

Namun, dia memilih untuk drop out di semester akhir. Alasan di balik keputusannya ini cukup unik.

Dalam tesis yang dikutip, Mbah Benu menyatakan bahwa dia meninggalkan perjalanan menuju gelar dokter karena tidak ingin memanfaatkan uang dari orang yang sakit, menderita, atau meninggal. 

BACA JUGA:Begini Seharusnya Doa dan Tata Cara Membayar Zakat Fitrah yang Benar Sesuai Ajaran Rasulullah

Selain itu, dia juga menganggap ilmu kedokteran sebagai ilmu yang dapat menimbulkan praktek-praktek yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

3. Punya Lukisan Kanjeng Ratu Kidul

Mbah Benu, tokoh Jamaah Aolia, tinggal di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta. Rumahnya dipenuhi dengan berbagai hiasan seperti keris, kaligrafi, dan akuarium. 

Namun, yang menarik perhatian adalah adanya lukisan perempuan misterius yang diakui sebagai Kanjeng Ratu Kidul, entitas roh suci yang dipercaya sebagai penguasa Pantai Selatan Pulau Jawa.

Meskipun demikian, dalam tesis tersebut, Mbah Benu menjelaskan bahwa tujuan dari lukisan tersebut adalah untuk meluruskan aqidah masyarakat.

BACA JUGA:Cara Pinjam Uang di BRIguna Karya Rp 20 Juta, Segera Ajukan di Sini Langsung Cair

Ketika ditanya tentang lukisan Kanjeng Ratu Kidul di rumahnya, ia menjelaskan bahwa perempuan tersebut adalah sosok baik yang tidak memerlukan sesajen. 

Hal ini karena pada masa lalu, masyarakat Yogyakarta cenderung percaya pada hal-hal mistis dan sering memberikan sesajen kepada Kanjeng Ratu Kidul, sementara itu bertentangan dengan aqidah Islam yang menekankan bahwa satu-satunya yang layak disembah adalah Allah SWT.

4. Istrinya Seorang Bidan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: