Iklan dempo dalam berita

Apakah Biaya Hidup di IKN Mahal? Katanya Sewa Kos-kosan Rp 55 Juta per Tahun, Begini Penjelasannya

Apakah Biaya Hidup di IKN Mahal? Katanya Sewa Kos-kosan Rp 55 Juta per Tahun, Begini Penjelasannya

Biaya hidup di IKN mahal?--

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COMApakah biaya hidup di IKN mahal? Katanya kos-kosan mencapai Rp 55 juta per tahun, begini penjelasannya.

Jadi perbincangan, ternyata biaya hidup di Ibu Kota Nusantara (IKN) jauh lebih mahal ketimbang Jakarta. Benarkah demikian? Yuk kita simak berikut ini.

Meskipun terdapat anggapan bahwa biaya hidup di Ibu Kota Nusantara (IKN) lebih tinggi daripada di Jakarta, hal ini masih menjadi perdebatan yang memanas. 

Seiring dengan kontroversi seputar kelangsungan pembangunan IKN, seorang warga telah mengungkapkan bahwa biaya hidup di sana diklaim sangat mahal.

BACA JUGA:Cara Pinjam Uang di Pinjol Syariah 2024, Pinjaman Rp 10 Juta Tidak Ada Bunga dan Cicilan Ringan

Berdasarkan beberapa sumber, harga kos-kosan di IKN tergolong tinggi, bahkan mencapai puluhan juta rupiah per tahun.

Ada yang menawarkan kamar kos seharga Rp55 juta per tahun atau sekitar empat juta per bulan, sementara yang lain lebih terjangkau dengan harga Rp45 juta per tahun atau sekitar Rp3.750 ribu per bulan”. 

Meskipun demikian, data dari Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2022 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika (BPS) menunjukkan bahwa Kabupaten Penajam Paser Utara, tempat IKN berada, masih memiliki biaya hidup terendah di Kalimantan Timur, yakni sebesar Rp 5,84 juta per bulan. 

Namun, Kabupaten Berau di Kalimantan Timur menjadi kabupaten dengan biaya hidup tertinggi, mencapai Rp 8,03 juta per bulan, sedangkan kota Balikpapan memiliki nilai konsumsi tertinggi di Pulau Kalimantan, yakni sebesar Rp 9,86 juta per bulan. 

BACA JUGA:Kredit Daihatsu All New Xenia 1.5 R CVT, DP 30 Persen Cicilan Rp 3 Jutaan, Berikut Review Keunggulannya

Dengan demikian, perbandingan biaya hidup antara IKN, Jakarta, dan daerah lainnya di Kalimantan Timur menunjukkan kompleksitas yang perlu dipertimbangkan dalam memahami dinamika ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad membenarkan biaya hidup di pulau tersebut tinggi, terutama untuk sektor pangan.

Tauhid menilai hal ini disebabkan karena pulau tersebut tidak memproduksi bahan baku pangan, melainkan mendatangkan langsung dari Pulau Jawa maupun Pulau Sulawesi. Alhasil, ada tambahan biaya logistik menuju ke pulau tersebut.

Lebih lanjut, dia mengatakan Pulau Kalimantan, terutama Kalimantan Timur termasuk dalam daerah penghasil migas dan perkebunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: