Iklan dempo dalam berita

Abu Nawas ‘Tampar’ Ilmuan dengan Logika Terbalik

Abu Nawas ‘Tampar’ Ilmuan dengan Logika Terbalik

Kisah abu nawas menampar ilmuan--

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Suatu hari Abu Nawas melawan seorang ahli falak atau astronomi di Jazirah Arab. Ahli astronomi itu merasa kemampuannya sangat mumpuni dalam ilmu geografi.

Berkat hal inilah masyarakat lebih tertarik mendengarkan pernyataan dari ahli astronomi tersebut.

Bahkan, masyarakat meninggalkan Abu Nawas yang dikenal suka omong kosong dan tidak memahami ilmu falak maupun astronomi, dan lebih memilih memercayai teori-teori dari ahli astronomi tersebut.

Ada salah satu teori dari ahli astronomi yang membuat masyarakat terkesima yaitu bumi itu berbentuk bulat seperti bola.

Ahli astronomi ini menyatakan bahwa andaikan manusia berjalan ke barat terus maka suatu saat akan tiba di tempat yang sama.

BACA JUGA:Hingga Juni, Terjadi 44 Kasus Kebakaran di Kota Bengkulu

Hingga suatu hari, ahli astronomi itu baru saja kehilangan barangnya. Seorang maling telah mencuri barangnya.

Di saat yang sama, Abu Nawas sedang melintas di daerah rumahnya. Ahli astronomi tersebut lantas berteriak dan meminta tolong kepada Abu Nawas.
 
"Hei, Abu Nawas, tolonglah aku. Aku baru saja kehilangan barang. Maling baru saja mencuri barangku. Tolong bantu kejar malingnya," ucap ahli astronomi itu dengan napas yang terengah-engah,

Abu Nawas bertanya kepada ahli astronomit tersebut. "Lari ke mana malingnya?"

Ahli astronomi itu pun menjawab, "Malingnya lari ke barat."

Mendengar hal itu, Abu Nawas segera lari ke arah timur. Melihat pergerakan Abu Nawas, sang ahli astronomi tersebut jengkel.

"Aku sudah bilang kalau malingnya lari ke barat. Kok kamu larinya ke timur?" tanya ahli astronomi kepada Abu Nawas.

"Suatu saat akan sampai juga," jawab Abu Nawas.

BACA JUGA:Penting untuk Orang Tua, Seperti Ini Perbandingan Sekolah Negeri dan Swasta


Jin Jahat Tertipu dengan Sandal Abu Nawas



Bermula Baginda Raja duduk santai di singgasananya, datang seorang kepala dusun (kadus) menghadap. Ia adukan masalah yang menimpa di kampungnya.

“Ampun Paduka yang mulia, hamba mohon pertolongan” ucap Kadus.

“Apa yang menimpa kampungmu?” tanya Baginda Raja.

“Begini Paduka, di kampung kami sering diganggu Jin jahat,” ujar Kadus.
 
“Apa yang membuat jin mengganggu?” tanya Baginda penasaran.

“Paduka, kampung kami kekayaan alamnya berlimpah. Hampir tiap musim panen, kami  banyak keuntungan,” jawab Kadus.

Baginda bingung. “Apa hubungannya? Masak gara-gara kampung subur,  jin mengganggu?” tanya Baginda.

“Jin itu mengaku berkat jasa dia kampung kami subur. Karenanya tiap musim panen ia minta tumbal gadis. Bila tak dipenuhi, ia menghancurkan desa kami,” jelas Kadus.
 
“Baiklah, kamu pulang saja, nanti saya utus seseorang mengatasinya itu” ucap Baginda.  
 
Selepas Kadus pamit, Baginda panggil semua penasihat untuk cari solusi masalah itu.
 
“Paduka, yang kita hadapi itu makhluk halus, kita tak mungkin melawan. Malahan prajurit bisa kerasukan,” ujar seorang penasihat istana.

BACA JUGA:Sebelum Memilih Tujuan Liburan, Cek Lima Hal Berikut agar Liburan Nyaman dan Aman
 
Penasihat lain bingung cari solusi. Akhirnya terbesit di benak Baginda sosok Abu Nawas. Ia perintahkan prajurit istana menjemput Abu Nawas.
 
Singkat cerita, Abu menghadap Baginda. “Ampun Paduka, ada gerangan apa memanggil hamba?” tanyanya.

“Ada tugas penting harus kamu laksanakan dan tidak boleh menolaknya,”
 
“Siap, Paduka. Kalau boleh tahu tugas apakah itu?” tanya lagi Abu Nawas.
 
“Suasana di kampung sebelah tidak aman. Ada jin yang suka mengganggu warga kampung itu, saya perintahkan kamu selesaikan masalah ini,” beber Baginda Raja.
 
Abu Nawas kaget  “Maksud Paduka, hamba disuruh menaklukkan jin jahat itu?” tanyanya.

“Benar, Aku tahu kamu pasti bisa mengalahkannya,” ujar Baginda Raja.
 
Raut muka ketakutan dan gemetaran terlihat pada Abu Nawas. “Ampun Paduka, apa Paduka tak salah orang? Saya kira Paduka keliru, sebab saya bukan orang sakti,” katanya.
 
“Wahai Abu Nawas, aku tahu kamu tidak hebat, bukan sakti, tapi dengan akal cerdikmu, aku yakin kamu bisa mengalahkan jin jahat itu,” ucap Baginda Raja.

Abu Nawas terpaksa menerima tugas, karena jika menolak bisa dihukum berat. Keesokan harinya berangkatlah dia ke kampung yang dimaksud. Setibanya di sana, ia temui Kadus.

“Apakah Anda utusan Baginda Raja?” tanya Kadus.

BACA JUGA:Mereka Pemilik Tanggal Lahir Berikut Sosok Pekerja Keras, Diramalkan Sukses Sejak Usia Muda
 
“Iya saya diutus Baginda Raja,” jawab Abu Nawas.
 
Kadus lalu menceritakan tentang sosok jin yang sering mengganggu, termasuk meminta tumbal gadis saat musim panen tiba.  
 
Setelah mendengar saksama, Abu Nawas tanya, “Apakah di antara warga ada yang pernah melihat wujud jin itu. Saya pernah melihatnya.”
 
Abu Nawas kemudian kembali bertanya, “Bagaimana wujudnya?”
 
Kadus menjawab, “Tubuhnya tinggi dan rambut dikuncir di antara kepalanya yang botak.”

Seketika Abu Nawas tahu itu jin ifrit. “Aku harus cari cara mengalahkan jin ifrit,” pikir dia.

Setelah berpikir, muncul ide cemerlang. “Apakah tuan sanggup menghadapinya?” tanya Kadus kepadanya.  

“Tenang, jin ifrit itu pasti bertekuk lutut. Dia hanya menggertak, pasti ada wanita yang sedang dia sukai.” kata Abu Nawas.

“Aku akan menulis surat tantangan dan saya minta tolong suratku ini diberikan kepada jin ifrit,” perintah Abu Nawas kepad Kadus.

BACA JUGA:Cara Praktis Daftar Aplikasi Gojek Lewat Ponsel, Serta Cara Chat ke Sesama Pengguna

Dia buat surat tantangan dan memberikan ke Kadus untuk disampaikan kepada jin ifrit.  
 
Setelah surat itu diberikan, Jin ifrit marah. Dia berjanji akan membunuh siapa saja yang berani menantangnya.
 
Sambil menunggu waktu pertandingan, Abu membuat sandal besar, tingginya 40 meter.

Ketika sandal selesai dibuat, ia letakkan di tengah lapangan tanding.

Saat yang ditentukan. Jin yang menahan emosi pergi ke lapangan untuk menghancurkan orang yang menantangnya dan dengan suara yang menggelegar.

“Mana lelaki yang berani menantangku? Keluarlah! Akan kuhancurkan tubuhnya” ucanya.
 
Warga berlarian meninggalkan lapangan takut jadi sasaran amukan jin. Lalu muncul Abu Nawas ke lapangan untuk menghadapi jin itu.

“Oh jadi kamu Abu Nawas, yang berani menantangku! Apa kamu bosan hidup? Ayo kita bertarung,” tantang jin ifrit.
 
“Anda salah orang. Saya muridnya Abu Nawas,” kata Abu pura-pura.

“Cepat panggil gurumu untuk bertarung,” perintah jin ifrit.

“Jangan khawatir, guruku pasti kemari. Aku disuruh ambil sandal guruku. Kemarin sehabis latihan, sandalnya tertinggal,” balas Abu sambil menunjukkan sandal besar yang hampir menutupi separuh lapangan.

“Itu sandalnya Abu Nawas?” tanya jin ifrit.

BACA JUGA:9 Situs Mining Bitcoin Legit, Hasilkan Bitcoin Tanpa Harus Deposit

“Benar. kenapa? Tapi saya tidak kuat mengangkatnya. Maukah kau membantuku membawa sandal ini?” pinta Abu Nawas melihat sandal besar itu.  
 
Jin ifrit itu terdiam. Dia pikir, sandalnya sebesar lapangan, bagaimana orangnya? Jin ifrit mulai ketakutan.

“Atau, saya panggil guru datang langsung. Kalau saya ditanya sandalnya, saya beralasan kamu menghalangi saya untuk mengambil sandalnya,” ujar Abu.

“Jangan, Lebih baik aku pergi sekarang dan aku tidak akan pernah mengganggu desa ini lagi,” balas jin ifrit yang segera menghilangkan karena ketakutan.
 
Sejak saat itu kampung tersebut kembali aman dari gangguan jin ifrit.

Tim liputan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: