Ternyata Sudah Hadir Sejak Abad ke 15 di Era Kerajaan Demak, Ini Sejarah Ketupat Beserta Filosofinya

Rabu 10-04-2024,17:18 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Agus Faizar

Ketupat dianggap lebih akrab dan sesuai dengan budaya lokal yang kental pada saat itu, menjadi sarana pendekatan yang lebih efektif dalam menyebarkan ajaran Islam.

BACA JUGA:Mengulik Adat Istiadat, Apasih Sebenarnya Filosofi Ketupat saat Hari Raya Lebaran?

Ketupat kemudian menjadi bagian dari budaya dan filosofi Jawa yang terkait erat dengan nilai-nilai Islam, menghasilkan akulturasi budaya yang khas antara keduanya.

Dengan luasnya penerimaan agama Islam di kalangan masyarakat Jawa, ketupat secara bertahap menjadi hidangan yang khas dan tak terpisahkan dari perayaan agama Islam, terutama saat menyambut Idul Fitri.

Sejak saat itu, ketupat bukan hanya menjadi sajian kuliner, tetapi juga menjadi simbol dari perjalanan panjang agama Islam di Nusantara.

BACA JUGA:Makanan di Hari Lebaran! Ini Asal Usul Ketupat Palas, Ini Resep dan Cara Pembuatannya

Filosofi Ketupat

Filosofi yang terkandung dalam ketupat sangatlah dalam dan bermakna. Anyaman yang membungkus ketupat dianggap sebagai perwujudan dari catatan kesalahan manusia dalam perjalanan hidupnya.

Ketika ketupat diisi dengan nasi yang berwarna putih, hal itu melambangkan kebersihan dan kesucian hati manusia yang telah memaafkan kesalahan orang lain.

Bentuk sempurna dari ketupat bukan hanya sekadar tampilan fisik, tetapi juga menjadi simbol kemenangan umat Islam setelah menjalani sebulan penuh berpuasa menjelang Idul Fitri.

Nasi yang ada di dalamnya diartikan sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan yang diberikan kepada umat.

BACA JUGA:Asal Usul Ketupat Sotong, Makanan Khas Melayu yang Memiliki Filsafah Saling Memaafkan

Selain itu, bungkus ketupat yang berwarna hijau kekuningan diyakini sebagai benteng perlindungan dari bahaya atau malapetaka.

Di samping itu, daun kelapa muda yang lentur dan mudah dibentuk melambangkan sifat manusia yang fleksibel, dapat diarahkan, dan dididik untuk menjalani kehidupan dengan indah.

Kulit ketupat yang diisi dengan beras juga melambangkan proses kembali ke fitrah, mengingatkan manusia akan asal usul dan tujuan hidupnya yang sejati.

Dengan demikian, setiap elemen dalam ketupat mengandung pesan moral dan spiritual yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang dijunjung tinggi dalam budaya dan tradisi umat Islam.

Kategori :